Wednesday, May 16, 2007
10:53 PM

SIM : Bikin atau Beli?

posted by rakiyat endonesya
Tadi siang Rakiyat mau bikin Surat Ijin Mengemudi (SIM) C. Selama ini Rakiyat jalan-jalan pakai motor tanpa SIM. Teman-teman menyarankan agar bikin SIM saja. Rakiyat turuti saja karena banyak manfaatnya.

Sampailah Rakiyat di markas kepolisian. Di tembok Kantor Pelayanan SIM itu ada poster besar bertuliskan harga pembuatan SIM. Untuk SIM baru Rp.75.000,- sedangkan SIM Perpanjangan Rp.60.000,-. Di depan loket, Rakiyat barteran kwitansi vs uang. Rakiyat berikan 75 ribu, petugas SIM memberikan kwitansi sebagai bukti pendaftaran bikin SIM. Setelah itu Rakiyat diminta untuk melakukan Tes Kesehatan, Rp. 15 ribu perak. Gak ada yang dites, cuma mengisi formulir dan beberapa pertanyaan yang jawabnya tinggal beri tanda centang saja. Misalnya, merokok atau tidak? Pernah sakit jantung? Pernah bego? Pernah tidur sama artis anu... (gak deng) dll... Tes Ishihara (buta warna) juga cuma 4 lembar saja.

Setelah selesai, kembali ke Loket untuk mendapatkan berkas yang harus disampaikan kepada petugas TES. Kemudian masuk ke ruang tes tertulis. Ada 20 pertanyaan yang harus diisi. Untung Rakiyat sudah dapat informasi dari telik sandi, "Nggak usah serius! Asal contreng saja! Sebab kita tak akan pernah lulus dalam tes tertulis itu! Saya saja cuma salah 1 tetap nggak lulus!" katanya.

20 pertanyaan selesai dalam 20 contrengan. mungkin cuma 20 detik. Lembaran jawaban itu Rakiyat serahkan kepada petugas di depan ruangan. Ia memperhatikan lalu memeriksa lembar jawaban. "Tuh, salah 4. Kamu tidak lulus. Nanti kembali lagi tanggal..... " Sebelum dia menuliskan tanggal harus kembali pada kwitansi pendaftaran seharga Rp.75.000,- Rakiyat langsung menyela, "Tak bisa pak. Saya hanya punya waktu hari ini saja, sebelum Dzuhur sudah harus kembali bekerja."

Petugas itu memperhatikan, "Jadi harus sekarang juga?! Ya sudah tunggu di luar, nanti saya panggil." Tak lama Rakiyat menunggu, akhirnya bertemu kembali dengan petugas di ruang Tes Tertulis itu. "Kamu bisa bayar nggak? Soalnya kalau mau hari ini juga, harus ada biaya di luar yang 75 tadi." Demikian informasinya.

"Berapa sih, pak?" Rakiyat tanya. Ia menuliskan angka 125.000 di lembaran kertas. "Oh, segitu sih, ada pak!" Rakiyat kira harus bayar sampai jutaan. Akhirnya ia memerintahkan membayar di ruang 81.

Di Ruang 81 hanya beberapa detik saja. Ruang itu berpenghuni seonggok daging yang sedang menghitung uang. Rakiyat serahkan map dan Rupiahnya. Ia langsung menyuruh masuk ke ruang foto. Sebentar pula, Rakiyatpun selesai MEMBELI SIM C.

Belum usai...

Di luar, sebelum pulang, ada 2 orang yang mendekati Rakiyat, "Kayaknya saya lebih pagi dari Bapak. Tapi kok Bapak duluan yang dapat sim? Memang Lulus pak waktu tes tertulis?" tanya salah satunya. Rakiyat bilang apa adanya, "Mana ada yang lulus. Saya nggak lulus, makanya saya nggak jadi bikin SIM. "Nah SIM ini (Rakiyat tunjukkan kepada mereka) saya dapat karena BELI, bukan BIKIN." Kedua orang itu melongo. Salah satunya bilang kalau dia sudah 3X daftar dan tes, namun tak lulus juga. Akhirnya mereka termotivasi untuk membeli SIM seperti yang Rakiyat lakukan, bukan mengurus SIM. Kalau ngurus SIM biayanya Rp.75.000,- plus Tes Kesehatan Rp.15.000,- Lha kalau beli jadinya lebih mahal, 75 ribu + 15 ribu + 125 ribu, totalnya 215 ribu.

Apakah praktik seperti ini hanya terjadi di kantor kepolisian tempat Rakiyat beli SIM?

3 Comments:

dari jaman kude ngegares kue talam, nyang namenye pulisi entuh kagak pernah insap. kerjaane cari obyekan mulu. kalo gue bilang nih, pulisi kerjaanye : pagi-pagi minum kupi, makan ruti,... udegitu naek pu'un dah!

  At Sunday, May 20, 2007 5:48:00 AM Anonymous Anonymous said:

Selama bisa dipersulit ngapain dipermudah. Kalau saya boleh saran, sepertinya tidak semua Polisi seperti itu deh? dan yang begitu biasanya sih "OKNUM" yang mencemarkan nama baik Polisi.

Apalagi para petugas yang diamanahi bekerja ditempat yang "basah". Tetapi bagaimana pun Polisi harus memberikan contoh yang baik bagi rakyatnya. Kan ada pepatah yang mengatakan "Lebih baik memberikan contoh dan nasihat"
kalau gue si ngambil sim biasanya di wartek...
cukup kopi segelas.....
jisamsoe sebatang.....
semur jengkol....